Sabtu, 28 Desember 2019

OH, MY DIRECTOR! Eps 1

Assalamualaikum readers!!!!!! Gimana kabar kalian semua? semoga selalu sehat ya.......Nah balik lagi bareng gue Diah Pitaloka. Udah lumayan lama juga ya gue gak koar-koar di sini tak lain dan tak bukan karena tugas kuliah yang bejibun banyaknya serta UAS yang udah ngejar-ngejar kita kayak setan.......Kalian tahu lah, gak mudah buat kita bisa sering-sering dapat hari libur......Okey! Berhubung udah pada liburan, dan gue sama si Hafizah janji buat update cerita pas liburan.  Kali ini gue bakal post cerita lagi semoga kalian semua pada suka ya.....oiya karena ini cerbung jadi jangan lupa ikuti terus cerita-cerita ini di tiap episodenya......oke....nggak usah koar-koar lama-lama, langsung aja.....Happy reading guys

OH, MY DIRECTOR!
Karya Diah Pitaloka

Episode 1

          Fajar terbit menyinari Ibukota yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Ya, itulah Kota Jakarta yang ramainya hampir tidak pernah absen. Di suatu perumahan yang cukup ellit di Jakarta, hiduplah seorang director termuda yang saat itu sedang naik daun. Ia bernama Fathur Mahendra. Ia tinggal bersama ayahnya yang seorang wakil Direktur perusahaan elektronik ternama di Jakarta yang bernama Abas.

"Ayah, aku pamit dulu", ujar Fatur.
"Baiklah, semoga lancar terus film yang kamu sutradarai ya nak" ,jawab ayahnya dengan segudang harapan terhadapnya.
"Terimakasih ayah, aku akan memberitahumi ketika filmnya sudah rilis" ucap Fatur.
"Harus dong", sahut ayahnya.
          Fatur datang sangat awal ke lokasi syuting. Ini adalah film ke dua yang sedang ia sutradarai. Tak lama kemudian muncul seorang wanita yang sedang mengomel tiada henti. Ternyata dia adalah Sarah yang merupakan salah satu aktris di film yang Fatur sutradarai.
"Da, gua tuh kesel banget dari kemarin tau gak!" omel Sarah yang merupakan salah satu aktris film yang Fatur sutradarai.
"Kenapa lagi sih?" tanya Nida yang merupakan temannya juga sang production designer film.
"Ya itu, gara-gara sutradara sialan", grutu Sarah tiada henti.
"Dia kayak gitu kan demi kebaikan film kita Sar", ujar Nida sembari menenangkan Sarah.
"Ya iya sih, tapi akting nangis itu gak mudah Da, kalau diomelin kayak gitu terus bukannya bikin gua bisa mendalami karakter, tapi malah menurunkan mood syuting tau gak!" grutu Sarah.
"Sabar Sarah, namanya juga proses, jalani dan nikmati aja", jawabnya dengan santai.
"Ishh" , lagi-lagi Sarah menggrutu dengan raut wajah kesal.
          Ya, maklum tahun ini adalah pertama kalinya Sarah syuting film perdana yang ia bintangi. Kemudian Sarah langsung di make up dan segera pergi shoot. Di lokasi syuting tersebut, Fatur menghampiri Sarah.
Fatur : "Untuk scene kali ini, kamu harus bisa memicu emosi penonton nantinya, kamu harus bisa mengeluarkan emosimu dengan baik pada scene ini. Kamu harus bisa, oke?"
Sarah : "Aku udah biasa marah-marah, gak usah khawatir" jawab Sarah dengan muka jengkelnya.
Lima jam kemudian setelah syuting selesai, Fatur menghampiri Sarah dengan raut wajah yang terlihat begitu senang.
"Sarahh..", sapa Fatur.
"Iya kak, eh pak sutradara, ada apa?" jawab Sarah keceplosan.
"Umur gua masih 25, panggil aja 'kak', gak usah terlalu formal kok, santai aja" sahut Fatur dengan enjoy.
"Oke deh kalau gitu" jawab Sarah dengan tenang.
"Ohya, aktingmu kali ini sangat bagus, terimakasih ya" ucap sang sutradara dengan senyum yang berbinar di wajahnya.
"Hah? Serius?", tanya Sarah tak percaya dengan pujiannya.
"Iya", jawab Fatur dengan jujur.
"Hmm, baguslah kalau gitu, aku bakal lebih kerja keras lagi" ucap Sarah dengan lega.
"Ohya, kamu udah makan belum?" tanya Fatur dengan penuh perhatian.
Sarah menggelengkan kepalanya. Belum sempat bertanya, Fatur sudah dipanggil oleh asisten produser untuk melaksanakan meeting, dan segera mengucapkan selamat tinggal kepada Sarah dengan lembut.
          Setiba di stasiun, Sarah membeli camilan ringan di alfaexpress. Sambil menunggu kereta, ia duduk sambil makan camilan ringannya. Tapi tiba-tiba ia teringat kejadian saat setelah selesai syuting. Sarah merasa heran, entah kenapa ia merasa hari ini sutradaranya begitu lembut dan perhatian kepada Sarah. Padahal, kemarin-kemarin ia sering diomelin sutradanya tersebut. "Tumben amat ya, kemarin dia marah-marah terus kayak singa mau makan anaknya, tapi sekarang dia sangat lembut & perhatian. Apa mungkin... Dia berkepribadian ganda kayak di drama-drama korea gitu?" gumam Sarah dalam hati dan imajinasinya hingga ia tidak menyadari bahwa kereta yang ia tuju sudah melaju kembali. "Astaga, aku jadi ketinggalan kereta gara-gara dia, aish!!" omel Sarah.
          Setelah sampai rumah, Sarah langsung pergi ke ranjang tidurnya. Namun, baru sejenak ia memejamkan matanya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. "Aish, siapa sih, ngeganggu gua tidur aja sih" omel Sarah sembari mengambil ponselnya di meja. Lalu Sarah begitu terkejut ketika melihat bahwa Fatur, sang sutradaranya yang menelponnya. Jantung Sarah berdetak dengan cepat. "Angkat enggak angkat enggak angkat enggak", pikir Sarah sambil menghitungnya dengan jari. Namun ia memutuskan untuk tidak mengangkat telepon darinya, dan langsung melanjutkan tidurnya tanpa pikir panjang.



BERSAMBUNG

Rabu, 18 Desember 2019

BERUBAH

Assalamualaikum wr.wb. Halo Readers... Salam Literasi!  Weissssss,dah lama banget gak update cerita nih.....Oke....karena ini udah mau libur, dan gue gabut banget, jadi gue bakal post lagi cerita. tapi bukan dari cerita gue. Yups! cerita karangan sobat gue, Diah Pitaloka (kasih tepuk tangannya). Maaf banget ya karena gue belum pernah ngepost cerita, cuma koar-koar aja di bagian pembuka ini :v Tapi tenang, karena bentar lagi mau liburan gue bakal sering-sering ngepost cerita buat ngilangin gabut gue,,,,karena emang gak tau mau ngapain lagi, efek singglness;( Oke, gak usah lama-lama basa-basinya, langsung aja cussss baca ya! happy reading, and have fun, guys!!!



Berubah
Karya Diah Pitaloka


          Terik matahari pada siang hari menyinari sudut-sudut ruang di berbagai tempat. Tampak dua orang wanita bertopeng datang dari pojok area di suatu tempat. Dua orang tersebut menghampiri seorang pria yang sedang meminum minuman keras seorang diri.
"Hey, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?" tegur wanita bertopeng pertama sambil mengambil & membuang botol alkohol yang sedang pria itu minum.
"Siapa kalian? Kalian tidak ada hak untuk melarangku!" berontak Raka dengan lantang.
"Hal yang telah kau lakukan itu sudah merusak moral bangsa dan agama" tegur wanita bertopeng ke 2 yang disebelah kanannya.
"Benar. Akibat perbuatanmu, banyak generasi penerus bangsa yang terpengaruh hal-hal negatif seperti yang kamu lakukan." sahut wanita bertopeng pertama dengan tegas.
"Jika orangtuamu melihatmu, pasti orangtuamu sangat malu atas perbuatanmu!" sahut kembali oleh wanita bertopeng ke 2.
"Orangtuaku? Mana mungkin orangtuaku peduli terhadapku!" jawab Raka dengan tidak ada rasa tak bersalah sedikitpun.
"Tidak peduli? Orangtuamu telah merawatmu hingga dewasa, apakah itu masih disebut tidak peduli?" jawab wanita bertopeng pertama dengan ketus.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kamu harus sadar bahwa apa yang telah kamu perbuat selama ini adalah jalan yang salah dan merugikan dirimu sendiri juga." tegur wanita bertopeng kedua tanpa henti.
"Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari." ujar wanita bertopeng pertama untuk kalimat terakhirnya.
"Tapi...." ,belum selesai menjawab, tiba-tiba dua orang tersebut menghilang tanpa jejak seperti angin, Raka bingung.
"Tunggu, jangan pergi!" ucap Raka sembari membuka matanya.
          Raka terkejut ketika melihat bahwa dia berada di lapangan hijau seorang diri dan langsung menyadari bahwa apa yang barusan ia alami hanyalah mimpi. Disitulah Raka merenung atas perbuatan yang ia lakukan selama ini seperti mabuk-mabukan, judi, bahkan memalak dompet teman baiknya. Nampaknya kini Raka mulai sadar. Tak terasa air mata Raka perlahan jatuh membasahi pipinya. "Ayah, ibu maaf, aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian lagi, dan aku berjanji tidak akan membuang-buang waktuku untuk hal-hal yang tidak berguna" gumam Raka dalam hati sambil meninggalkan lapangan hijau tersebut. Tiba-tiba Doni dan Rendi datang menghampiri Raka.
"Ka, malem lagi kuy" ajak Doni.
"Maaf don, kayaknya gua gak bisa nih" jawab Raka.
"Tumben amat lu, kenapa emangnya?" sahut Rendi.
"Gua.... Lagi ada acara keluarga" jawab Raka dengan sedikit gugup.
"Yaudah, gua tunggu lu lain kali ya bro" ujar Doni sembari pergi meninggalkan Raka.
          Sembari lanjut jalan menuju rumah, di tengah jalan Raka nampak cemas terhadap dua orang teman tongkronganmya tadi. Dia nampak serba salah. Tapi dia tetap yakin kalau dia ingin secepatnya berubah apapun rintangannya. Tak lama kemudian, dari arah yang berlawanan Raka berpapasan dengan Vado yang merupakan teman baiknya yang selama ini tidak ia anggap.
"Vado..." ,sapa Raka
"Eh Raka habis darimana?" jawab Vado.
 "Hmm... Vado, gua minta maaf ya atas perbuatan gua selama ini yang udah malak dompet lu tiap hari. Sekarang gua sadar kalau ini salah dan gak seharusnya gua lakukan. Apalagi lu orang yang selalu ngingetin gua untuk berbuat baik tapi malah gua sia-siakan. Gua bener-bener minta maaf do.. Ohya uangnya gua ganti besok ya.", ucap Raka dengan tulus.
"Alhamdulillah kalau lu udah sadar. Lu  mau berubah aja gua udah senang kok. Sudah, sekarang gak usah dipikirin. Yang lalu biarlah berlalu, yang terpenting adalah tekad untuk berubah, iya gak?" jawab Vado dengan ikhlas.
"Lu bener-bener teman terbaik bagi gua do" ujar Raka penuh haru.
"Ah sa ae lu kutil hahaha" ledek Vado dengan enteng.
"Apa lu bilang?" , tanya Raka sambil mengejar dan menjahili Vado.
          Raka dan Vado kejar-kejaran sambil tertawa menikmati senja yang perlahan mulai tenggelam. Mereka berteman kembali setelah sekian lama. Samar-samar dari balik pohon ada seorang wanita misterius berbaju biru yg nampaknya sedang memperhatikan Raka. Wanita tersebut tersenyum dari jarak jauh seolah ada rahasia dibaliknya.

Kenali Bangsamu, Kenali Pesona Destinasi Wisata Pulau Papua dalam Membangun Harapan Baru Bagi Bangsa di Sektor Pariwisata

Aktivitas dari rumah mungkin membuat sebagian besar orang jenuh selama masa pandemi yang tak kunjung berakhir ini. Namun, jika merencanakan ...