Assalammualaikum readers! Kembali lagi bersama gue, Diah... Kali ini gue mau ngelanjutin cerbung yang sebelumnya sebelum perkuliahan kami dimulai kembali. So, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan. Oke gausah lama-lama deh, langsung cuss aja... Enjoy and happy reading guys!
OH, MY DIRECTOR!
Pada tanggal 20 bulan 10 tepatnya merupakan syuting hari ke-17. Kali ini, Sarah tiba di lokasi syuting bahkan jauh lebih awal daripada sang sutradara. Sambil menunggu kru film berkumpul, Sarah berdiri di jembatan tangga untuk mencari udara segar seorang diri. Tak lama kemudian, Sarah melihat Fatur dari kejauhan menghampiri Sarah dan berkata akan mengajaknya makan malam bersama setelah syuting berakhir. Sarah tak menyangka ia berkata seperti itu. Namun, ketika Sarah hendak mengiyakannya, tiba-tiba Fatur menghilang seketika dari hadapannya. Ia heran dan terkejut. Dan tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pundaknya dari belakang. Ketika ia menengok ke belakang, ia dibuat terkejut ketika melihat Fatur sudah ada di belakangnya.
"Aaaaaahhh......hant....", teriak Sarah dengan sangat kencang. Fatur yang keheranan, langsung sigap menutup mulut Sarah.
"Ssssssttt.... Kamu kenapa sih? Pagi-pagi udah teriak. Toak aja kalah kali! Nanti dikira aku abis ngapa-ngapain kamu lagi!" omel Fatur.
"Hah? Bukannya barusan kamu sedang ngobrol di depan aku, tapi kok kamu udah di belakang tiba-tiba?" tanya Sarah keheranan.
"Ngobrol gimana sih? Orang aku aja baru dateng. Kamu salah orang kali?!" jawab Fatur yang keheranan.
"Masa sih?" sahut Sarah dengan penuh kebingungan.
"Udah, sekarang kamu ke ruang make up sana, 45 menit lagi syuting udah harus dimulai untuk kejar target" ujar Fatur sembari pergi menemui kru yang lain.
Saat jeda syuting, Sarah masih terheran-heran dengan kejadian sebelum syuting dimulai. Untuk melegakan pikirannya, Sarah curhat kepada Nida.
"Kalau hantu... Kayaknya gak mungkin deh" pikir Nida.
"Terus apa dong?" tanya Sarah yang semakin penasaran.
"Mungkin itu cuma halusinasi lu doang kali" ujar Nida.
"Akhir-akhir ini kayaknya gua suka mikirin dia deh, tapi untuk apa gua mikirin dia terus?" pikir Sarah.
"Ahh, gua tau! Mungkin itu pertanda lu mulai suka sama dia, jadi secara tidak langsung halusinasi itu muncul sesuai pikiran dan khayalan lu!" sahut Nida yang merasa persepsinya tidak salah kali ini.
"Benarkah? Apa mungkin gua sedang jatuh cint...", belum sempat melanjutkan pembicaraannya, Fatur datang dan meminta waktunya untuk mengobrol berdua. Ia mengatakan bahwa ia akan mentraktirnya makan malam setelah syuting berakhir. "Gue gak mimpi kan?" gumam Sarah dalam hati.
Setelah syuting selesai, mereka berdua pergi makan malam bersama. Sebelum pergi, Fatur menanyakan makanan kesukaan Sarah. Sarah mengatakan bahwa ia menyukai burger. Tanpa pikir panjang, Fatur membawanya ke Restoran Burger ellit di Jakarta. Sesampainya di restoran tujuan, mereka menikmati obrolan hangat sambil makan malam melepas lelah.
"Ohya, aku gak pernah tau keadaan keluargamu, gimana kabar orang tuamu?" tanya Fatur.
"Aku tinggal sama ibuku sudah 20 tahun, ayahku entah dimana, ia menghilang tanpa sebab ketika aku berusia 3 tahun. Bagaimana denganmu?" ujar Sarah sembari tanya balik.
"Aku iri melihatmu mendapat kasih sayang seorang ibu." jawab Fatur.
"Apakah ibumu sudah meninggal?" sahut Sarah.
"Iya, selain itu aku juga tidak tau keberadaan adik perempuanku sampai sekarang, aku harap nanti masih bisa bertemu dengannya" ujar Fatur dengan nada yang penuh kesedihan.
"Kita sama-sama merasakan kehilangan, semoga Tuhan segera mempertemukan kita dengan keluarga kita. Karena bagiku, keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia" ujar Sarah.
"Aku juga berharap demikian, ohya aku punya sesuatu yang ingin aku berikan untukmu" ujar Fatur sambil memberikan kado tersebut ke tangan Sarah.
"Wah, gelang anyaman ini desainnya sangat bagus", puji Sarah.
"Apakah kamu menyukainya?" tanya Fatur.
"Tentu saja, mulai besok aku akan memakainya" jawab Sarah dengan senyum kebahagiaan.
Keesokan harinya, lelaki berjaket cokelat dengan sepatu katsnya menghampiri Fatur. Ternyata dia adalah Razif sang produsernya.
"Tur, gua butuh bantuan lu" ucap Razif dengan malu-malu.
"Gak usah sungkan, katakan saja", jawab Fatur.
Razif mengeluarkan sebuah surat dari saku jaketnya dengan wajah yang gugup sembari berkata "Tolong berikan surat ini untuk....Sarah."