Selasa, 02 Maret 2021

PENEBUSAN

 

PENEBUSAN

Di salah satu sekolah menengah atas di kota Bogor, ada seorang perempuan yang memiliki semangat yang besar untuk mencapai impiannya yang begitu tinggi setelah lulus sekolah yakni kuliah di jurusan seni musik. Namun sayangnya, hal itu terhalang oleh kecacatannya. Ternyata perempuan itu adalah seorang perempuan tunanetra. Ninda, itulah namanya. Kecacatannya tersebut telah ia alami sedari usia 10 tahun akibat kecelakaan mobil kala itu. Namun ada satu hal yang istimewa darinya. Bahkan keistimewaan ini sangat jarang ditemui pada orang normal pada umumnya.

“Ra?” tanya Ninda sembari menepuk pundak teman sebangkunya. “Ada apa nin?” jawab Rara. “Denger-denger, minggu depan ada seleksi untuk festival seni ya?” tanya Ninda. Ehmm...denger-denger sih gitu, kenapa emangnya?” tanya Rara. “Emang kamu bisa apa Nin?” ejek Salsa dengan kencang dari belakang. Ninda sedih mendengar ucapan Salsa, namun Rara sebagai teman sebangkunya tidak tinggal diam. “Dia mau ikut ataupun engga bukan urusan kamu, kamu sendiri memangnya bisa apa? Celetuk Rara dengan nada menyindir. Salsa dengan sombongnya memamerkan masa lalunya. “Gini-gini, aku pernah ikut Indonesian Idol sampai tahap top 15 ya!” jawab Salsa. “Salsaku emang paling hebat soal seni, pengalaman manggungnya juga udah banyak” sahut Dila sambil meletakkan tangannya di bahu Salsa membela Salsa. “Iya tuh, apalagi sekarang Salsa lagi banyak endors akhir-akhir ini, traktir-traktir boleh lah” celetuk Aldi dari pintu kelas. Rara tak mau melihat Ninda diremehkan, dan balik menyindir sekumpulan teman-temannya yang meremehkan teman sebangkunya. “Hey, kalian pikir dunia seni  itu hanya di bidang vokal aja? Kayaknya kalian gak pernah main jauh ya?” omel Rara. Salsa, Dila, dan Aldi langsung membuang muka dan keluar kelas dengan muka jengkel. Ninda diam tanpa kata seolah sedang memikirkan sesuatu. Rara yang melihatnya seperti itu, mengerti apa yang sedang ia pikirkan. “Kamu...” Ninda dan Rara bertanya secara bersamaan. Namun, Rara mempersilahkan Ninda untuk berbicara duluan. “Ra, aku sebenernya pengen ikut seleksi band akustik, tapi...” ucap Ninda, namun belum selesai Ninda bicara, Rara langsung menyahut dengan cepat. “Kamu bingung karena belum punya timnya kan? Tanya Rara. Ninda mengangguk. Lalu, Rara bilang bahwa ia mempunyai teman dari kelas lain yang kebetulan temannya tersebut kekurangan satu atau dua orang agar timnya lengkap. “Itu si Farel dari kelas 12 IPS 2 katanya butuh pianist, tapi belum punya. Kalau kamu mau, nanti aku bilangin, gimana?” ucap Rara. Ninda tak mungkin menolak kesempatan langka ini.

Keesokan harinya di pagi hari, ketika Ninda hendak berjalan menuju kelasnya, ia tak sengaja menabrak seorang pria dari belakang dan terjatuh. Pria tersebut langsung mengulurkan tangannya dan membantunya bangun. Ninda segera meminta maaf padanya setelah bangkit. “Gapapa kok” ujar pria tersebut. Namun, pria tersebut melihat ada yang aneh dari mata Ninda. Ia seperti melihat tatapan mata Ninda berbeda dari tatapan orang pada umumnya. “Kamu...” belum selesai pria tersebut bertanya, Ninda langsung menyelanya. “Aku tuna netra kak, maaf gak sengaja nabrak kakak” jawab Ninda sambil menunduk malu. “Yaudah sini aku anter kamu ke kelas kamu. Kelas kamu dimana?” tanyanya. “Aku kelas 12 IPA 3” jawab Ninda. “Wah, kebetulan banget aku punya temen di 12 IPA 3.” Ujarnya sambil mencairkan suasana supaya lebih akrab. Setelah sampai kelas, Dila dan teman-temannya menghampiri Ninda. “Eh nin, Salsa abis release lagu barunya kemarin malem lho, mau denger gak?” tanya Dila. Ninda mengangguk penasaran. Dila meletakkan headseatnya di kedua telinga Ninda dan memencet tombol play dari handphonenya. Ninda kaget dan langsung melepas headseatnya. “Kenapa? Bagus kan?” tanya Dila sambil tertawa jahat. Salsa dan Aldi pun ikut menertawakannya. “Kalian gila ya?” omel Ninda. Tak lama kemudian Rara menghampiri Ninda ketika ia melihat ada keributan pada Ninda beserta teman-teman Salsa. “Kalian ngapain?!” tanya Rara dengan nada yang tegas. “Cuman ngasih tau musik yang baru di release Salsa kemarin doang kok, dianya aja yang aneh” jawab Dila sambil menyembunyikan kejadian yang sebenarnya. “Kalian sengaja ngasih denger ke aku musik dengan volume full keras, masih bilang aku yang aneh?” omel Ninda. “Oh gitu, kayaknya saraf otak kalian udah stadium 4 ya? Sindir Rara. “Dih gak jelas” sahut Salsa, tak lama kemudian Salsa dan teman-temannya pergi meninggalkan bangku Ninda. “Mau , maunya belain orang buta” sindir Aldi sembari meninggalkan Rara dan Ninda. Kemudian, Rara memberikan kabar baik kepada Ninda. “Nin, Farel setuju gabung tim band sama kamu” ucap Rara dengan penuh bahagia. “Serius nin? Beneran?” jawab Ninda yang sangat tidak menyangka akan kabar baik tersebut. Rara mengatakan bahwa setelah pulang sekolah, Rara akan membawanya ke Farel di ruang kesenian nanti sore setelah pulang sekolah. Ninda tak sabar menunggu.

Setelah pulang sekolah, Rara membawa Ninda ke ruang kesenian. Farel telah datang lebih dulu daripada Rara dan Ninda. “Rel, ini dia temenku, Ninda, yang bakal ngisi jadi pianist band kamu” ucap Ninda sembari menepuk bahu Farel dari belakang yang sedang memegang gitarnya. Farel terkejut ketika melihat Ninda ternyata orang yang ia temui tadi pagi ketika tak sengaja menabraknya dari belakang. “Oh, ini Ninda ternyata.” Ujar Farel. “Ini kayak suara cowok yang tadi pagi ketemu aku deh” sahut Ninda setelah mendengar Farel berbicara. “Iya, bener, aku Farel dari kelas 12 IPS 2, kebetulan kekurangan pianist” jawab Farel dengan lembut. “Yaudah kita langsung mulai aja yuk latihannya biar gak kemaleman nanti pulangnya.” Sambung Farel sembari mengajak teman-temannya yang lain untuk memulai. Rara pamit pulang duluan. Sebelum pamit, ia menyemangati Ninda dengan sepenuh hati. Setelah selesai latihannya, perlahan masing-masing dari mereka pulang ke rumah mereka. Tapi, Farel ingin berbicara sebentar pada Ninda sebelum pulang. “Kamu bener-bener hebat Nin, aku gak nyangka kamu mahir main piano, bahkan baru denger langunya aja udah tau not notnya, ini keistimewaan yang langka Nin, aku salut” puji Farel dengan sungguh-sungguh. Ninda tersenyum mendengarnya. “Aku berharap kita bisa dapet juara di festival seni kali ini” ujar Ninda. “Pasti!” sahut Farel dengan penuh percaya diri. “Udah hampir malem, aku anter pulang naik motor ya?” sambung Farel sembari menawarkan pulang bareng dengannya. Ninda sempat menolak karena tidak enak hati, tapi ia tidak punya pilihan selain menerimanya karena ia sadar bahwa waktu hampir larut malam. Salsa dan Dila tak sengaja melihat Ninda pulang bareng dengan Farel. “Sal, itu pacar kamu kok...” ujar Dila. “Dasar pelakor buta!” nyinyir Salsa sambil mengambil handphone dari sakunya dan memotretnya dan mengunggahnya di media sosial instagram miliknya. “Rasakan!” ujar Salsa dalam hati dengan muka kesal.

Keesokan harinya, ketika Ninda tiba di sekolah, ia mendengar banyak orang di sekitarnya yang menyindirnya dengan mengatakan bahwa ia pelakor. Ninda heran. Ia tidak mengerti apa yang mereka maksud. Dinda, cewek yang katanya paling alim bahkan sengaja memajukan salah satu kakinya untuk membuat Ninda tersandung dan terjatuh lalu menertawakannya bersama teman-temannya yang lain. Farel yang melihatnya dari jauh tak tega dan langsung menghampiri Ninda serta mengulurkan tangannya agar Ninda segera bangkit. Farel mengomeli Dinda dan teman-temannya yang telah sengaja membuat Ninda jatuh. Salsa melihat dari belakang dan langsung menghampiri mereka. “Rel, kamu ngapain sih nolongin dia, dia pelakor” sindir Salsa. “Maksud kamu apa sih Sa?” tanya Farel dengan heran. “Gak usah pura-pura, pasti dia kemarin minta tolong kamu anterin pulang kan? Modus yang gak jaman tau ga!” nyinyir Salsa dengan kata-kata pedasnya. “Itu aku sendiri yang sukarela nawarin dia buat pulang bareng karena udah hampir larut malam, kamu jangan asal ngomong! Kalau kamu sendiri gak percaya sama aku, mending kita putus aja sekarang! Aku juga udah muak sama cewek posesif macam kamu!” jawab Farel dengan tegas sembari pergi meninggalkan mereka. Salsa terkejut mendengarnya, air matanya pun berlinang, ditambah rasa malu yang ia hadapi saat ia diputusin pacarnya di hadapan banyak orang.

Rasa benci Salsa belum berhenti sampai disitu. Ketika hari festival seni tiba, Salsa membuat onar lagi. Ia membroadcast pesan singkat yang berisi ajakan untuk tidak menonton Winner Band (Grup band akustik Farel) melalui whatsapp. Sehingga saat Winner Band tampil, hanya juri dan beberapa orang saja yang menonton. Namun, ketika pengumuman tiba, tak disangka Winner Band memperoleh juara 1 dalam kategori band akustik. Farel, Ninda, dan teman-teman timnya senang dan tidak menyangka atas kemenangan dari kerja keras yang mereka peroleh. Bahkan Ninda sampai dihubungi oleh pihak Label Rekaman yang cukup ternama di Jakarta untuk direkrut menjadi seorang komponis di usianya yang masih terbilang belia karena kemampuannya dalam memainkan piano yang luar biasa. “Ninda, aku bangga sama kamu, kamu bisa sampai tahap ini, menghadapi banyak rintangan selama ini, juga bisa membuktikan bahwa kecacatan yang kamu miliki bukanlah alasan untuk menyerah, kamu bener-bener wanita yang kuat dan hebat” puji Rara dengan tulus sambil tersenyum penuh haru atas pencapaiannya. Saat tiba waktunya pendaftaran kuliah jalur prestasi, ia mencantumkan posisinya sebagai komponis di salah satu label rekaman di Jakarta dan berkat prestasinya tersebut, ia lolos di salah satu jurusan seni musik perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia dan juga mendapatkan beasiswa sampai lulus. Ninda sangat senang dan bersyukur. Sebagai wujud syukurnya, ia menemui makam ayah dan ibunya dan bercerita banyak hal di samping makam kedua orang tuanya mengenai perjuangan ia selama ini dalam mencapai cita-citanya. “Andai kakak kembarku tau” ucap Ninda dalam hati. Tak lama kemudian, Salsa menghampiri Ninda dari belakang dengan menepuk bahunya. “Maaf” ujar Salsa. Ketika Ninda menyadari itu suara Salsa, Ninda tak mengacuhkannya. “Aku udah memfitnah kamu, menghina kamu, menelantarkan kamu, tapi sekarang aku tau aku salah, tolong maafin aku” ucap Salsa dengan penuh penyesalan. “Menurut kamu sendiri, bagaimana kamu harus menebusnya?” tanya Ninda dengan cuek. “Aku akan mengembalikan mataku padamu, dan menjadi kakak kembar yang baik yang gak menelantarkan kamu seorang diri” jawab Salsa. Ninda heran dengan apa yang diucapkan Salsa barusan. “Apa? Kamu? maksudnya kamu kakak kembar aku yang mengilang pas aku umur 10 tahun?” tanya Ninda. “Iya” jawab Salsa dengan wajah sedih. “Oke. Aku gak akan mandang siapa kamu meskipun kamu sendiri kakak kembar aku, kamu harus nepatin janji kamu untuk mengembalikan mataku!” sahut Ninda dengan nada yang tegas. “Aku bakal nepatin omongan aku Nin, aku harap penebusan ini layak. Aku juga berharap, penebusan ini bisa menghapus kebencian diantara kita” jawab Salsa sambil meneteskan air matanya. Penebusan diantara mereka berakhir, mereka akhirnya kembali menjalani kehidupan normal bersama-sama dalam suka maupun duka.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenali Bangsamu, Kenali Pesona Destinasi Wisata Pulau Papua dalam Membangun Harapan Baru Bagi Bangsa di Sektor Pariwisata

Aktivitas dari rumah mungkin membuat sebagian besar orang jenuh selama masa pandemi yang tak kunjung berakhir ini. Namun, jika merencanakan ...